Newsletter Januari 2013 – Kawin Silang Hacker dan Teroris

Kawin Silang Hacker dan Teroris

By TaufikAndrie

Kelompok teroris kini tak lagi hanya mengandalkan perampokan untuk menggalang dana, hacking dianggap lebih efektif dan lebih kecil resikonya. Apakah hacker dalam terorisme akan menjadi trend?

Kelompok teroris kini tak lagi hanya mengandalkan perampokan untuk menggalang dana, hacking dianggap lebih efektif dan lebih kecil resikonya. Apakah hacker dalam terorisme akan menjadi trend?

Pada bulan Juni 2012 lalu ada kabar mengejutkan tentang penangkapan beberapa tersangka teroris di Medan, Sumatra Utara yang kemudian dikenal dengan sebutan kelompok Medan. Penangkapan tersebut merupakan hasil penyelidikan dari penangkapan sebelumnya di bulan Mei 2012. RizkiGunawan yang merupakan tersangka utama ditangkap di Gambir, dikabarkan memiliki asset senilai kurang lebih Rp8 miliar (beberapa media menyebut angka yang berbeda ; ada yang 5,9 miliardan 7,1 miliar) di Medan.Aset sebesar itu diduga didapatkan tersangka dengan cara melakukan internet hacking. RizkiGunawan, tokoh penting dibalik kelompok Medan, diduga melakukan hacking untuk kepentingan pendanaan terorisme sejak dua-tiga tahun lalu.

Jumlahaset yang dimiliki kelompok ini sangat besar.Jauh melebihi asset seluruh tersangka teroris yang pernah ditangkap polisi dalam satu decade terakhir.Tokoh-tokoh penting dalam kelompok kekerasan seperti Jemaah Islamiyah (JI), Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Jamaah tauhid wal Jihad,maupun kelompok lain, dianggap tidak pernah memiliki asset sebesar ini. Bagaimana sebetulnya Rizki dan kelompoknya mendapatkan uang? Siapa sebenarnya Rizki Gunawan? Untuk apa uang tersebut digunakan?

Rizki Gunawan alias Udin alias Umar alias Roni Setiawan alias Lukman Abdurrahman, adalah seorang pedagang online sekaligus pengelola blog (blogger) yang banyak mengangkat tentang justifikasi kekerasan dengan alasan ideologi. Situs www.globalkhilafah.blogspot.com dan www.ghur4ba.blogspot.com adalah dua dari banyak blog lainnya yang dikelola oleh Rizki. Kedua blog tersebut berisi materi-materi dakwah jihad. Ada pula beberapa posting yang membahaskhusus teknik bongkar pasang AK-47 dan manual merakitbom, diantaranya merupakan karya terjemahan dari Abu Khabab al Misri, salah satu ahli bom Al Qaeda, kelompok teroris internasional di Afghanistan. Selain aktif di kaskus, forum online terbesar, yang berisi diskusi komunitas dalam berbagai tema sekaligus jadi ajang jual beli online di Indonesia, tempat dimana Rizki pernah menawarkan C4, bom berdaya ledak besar,Rizki juga memiliki¬ online shop sendiridi www.toko-muslim-solo.com.

Rizki Gunawan berasal dari Medan, menempuh pendidikan komputer dan akuntansi di Universitas Mercubuana, Jakarta. Setelah lulus, dia mengajar sekolah dasar Islam di Ngawi, JawaTimur,yang merupakan salah satu wilayah basis JAT. Tidak begitu jelas, apakah Rizki anggota JAT atau tidak. Namun dalam laporan ICG (International Crisis Group) terbaru How Indonesian Extrimist Regroup (Asia Report No 228, 16 July 2012) disebutkan bahwa pernikahan Rizki dengan gadis asal Klaten diatur oleh ustadz Afif Abdul Madjid, sesepuh JAT di Solo. Dalam laporan yang sama, Rizki dimasukkan sebagai anggota dari kelompok Sabar yang berbasis di Medan. Dalam pemberitaan media, Sabar disebutkan pernah menjadi anggota MMI Medan, namun belakangan pemikirannya lebih condong ke JAT dan kemudian Sabar membentuk kelompok kecil untuk fa’i (perampokan) demi mengumpulkan logistic untuk operasi jihad. Kini Sabar masih buron, namanya masuk dalam daftar pencarian polisi (DPO).

Rizki bersama dengan Cahya Fitriyanta alias Fadliansyah, koleganya di kelompok Medan, mengembangkan teknik baru untuk menghasilkan uang dari internet. Orang awam menyebutnya hacking, pelakunya disebut hacker. Caranya, Rizki dan Cahya meng-hack (meretas) sebuah situs yang mengoperasikan MLM (multi level marketing), dimana mereka mencuri poin dari member kemudian poin tesebut diuangkan menjadi dana segar (cash). Rizki juga bermain forex trading (perdagangan mata uang asing) melalui internet, bisnis atau transaksi perdagangan nilai tukar mata uan gasing di pasar uang internasional. Situs yang mereka retas diantaranya adalah situs forex trading bernama www.speedlineinc.com.
Siapa Cahya Fitriyanta alias Fadliansyah? Cahya Fitriyanta lahir di Surabaya, pernah menempuh pendidikan Aliyah, setingkat SMA, di pesantren al Mukmin Ngruki, Solo. Ia juga alumni jurusan Teknik Informatika di ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya, tempatnya menimba pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam meretas situs internet. Cahya adalah bagian dari lingkaran Dulmatin, pelaku bom Bali I, yang turut menyiapkan pelatihan bersenjata di Aceh pada 2010. Cahya kenal Dulmatin melalui Heru Kuncoro alias Ucheng, aktifis KOMPAK Solo, anggota JI yang juga ipar Dulmatin, sehingga ketika Heru Kuncoro ditangkap pada Juni 2011 di Pekalongan, Jawa Tengah, Cahya mulai panik. Merasa diincar polisi, Cahya bersembunyi. Awalnya Cahya pergi ke Poso pada 2010. Saat di Poso, Cahya kebetulan sempat mengikuti pelatihan militer yang diselenggarakan oleh Santoso, DPO atas kasus penembakan polisi di bank BCA Palu dan merupakan tokoh local asal Jawa yang diduga berafiliasi pada JAT. Dalam pelatihan militer inilah Cahya bertemu pertama kali dengan Rizki, setidaknya demikian menurut laporan terbaru ICG.

Istri Cahya bernama Nurul Azmi Tibyani, seorang mahasiswi LIPIA (LembagaIlmuPengetahuan Islam dan Arab), yang aktif dalam bisnis toko online, baik alam platform blogspot maupun Facebook. Nurul dimanfaatkan oleh polisi untuk menangkap Cahya yang tengah dalam persembunyian. Menurut sumber kami di lapangan, Nurul ditangkap lebih dulu oleh kepolisian, kemudian diminta untuk menghubungi Cahya untuk mengajak bertemu. Merasa aman, Cahya menemui Nurul di sebuah hotel di Bandung. Cahya ditangkap, tak lama kemudian Rizki pun ditangkap. Berdasarkan informasi tersebut, Cahya dan Nurul adalah pasangan hacker yang aktif dalam forum-forum jihad online.

Kelompok Medan ini bisa dikategorikan sebagai pensuplai logistic (logistical base) bagi kelompok pro-kekerasan lain yang membutuhkan dana. Hasil meretas mereka distribusikan pada dua insiden terorisme ; sumbangan sebesarRp 225 juta untuk peledakan bom gereja di Solo, September 2011 dan Rp 667 juta untuk pelatihan di Sulawesi Tengah pada 2011. Namun demikian, dari aset yang sedemikian besar hanya dua aktifitas (oleh dua kelompok) yang mereka bantu. Padahal, dengan jumlah asset sebesar itu, kelompok teroris bisa melakukan serangan (bom) dengan skala yang jauh lebih besar dari bom Bali 2002. Menurut mantan narapidana teroris kasus perampokan terkait dengan pendanaan aksi bom Bali 2002, sepertinya, saat ini terdapat distrust, ada rasa saling tidak percaya antar kelompok. Jadi ketika ada satu kelompok memiliki sumber daya berlebih, mereka diam dan tidak membagi informasi ini pada kelompok lain, sehingga sumber daya tersebut tidak bisa diakses. Sebaliknya, kelompok yang tidak punya uang, disamping tidak kenal dengan kelompok yang punya uang, juga tidak –begitu saja- bersedia meminta dan memakai uang dari kelompok tersebut. Pendeknya, masing-masing kelompok punya rasa saling tidak percaya.

Berdasarkan sumber yang sama, fenomena penggunaan peretasan internet dalam penggalangan dana oleh kelompok Medan sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Sebab sudah ada kejadian sebelumnya ketika Imam Samudra, terpidana mati terkait kasus bom Bali 2002, melakukannya beberapa kali aksi serupa sebelum aksi bom Bali 2002. Imam Samudra diketahui pernah beberapa kali melakukan hacking dan internet fraud (memalsukan identitas saat registrasi online), menarik uang dari meretas kartukredit di internet.Namun hacking yang dilakukan Imam Samudra tidak pernah menjadi perhatian jaksa dan hakim dalam persidangan. Keahlian ini, tidak pernah diajarkan secara terbuka pada rekan-rekan Imam Samudra. Belum ada yang mewarisi keahlian ini di kalangan terdekat Imam Samudra pada saat itu.
Jadi, hacking untuk kepentingan terorisme terbukti bukanlah hal baru. Namun dari aspek jumlah uang yang dihasilkan, apa yang dilakukan Rizki Gunawan dan Cahy Fitriyanta, merupakan hal luar biasa. Meski tidak baru, hacking internet bisa menjadi trend kejahatan serius jika tidak diperhatikan seksama olehcybercrime unit di kepolisian maupun institusi lain.

Jika dicermati, sebetulnya trend simbiosis mutualisme antara hacker dengan kelompok teroris dalam motif ekonomi ini belum lama. Sebelumnya, lebih banyak ditemukan hacker dari kelompok teroris yang bertindak untuk menyusup untuk kemudian merusak sistem computer lawan. Misalnya, yang pernah terjadi pada situs CIA dan beberapa situs pemerintah dan perbankan di Inggris oleh kelompok Anonymous. Pada perkembangannya, keahlian hacking ini menjadi bagian penting dalam kelompok teroris karena ada dua keuntungan yang bisa didapatkan. Pertama, dalam medan cyberwar mereka bisa merusak insfratuktur dan sistem komputer lawan. Kedua, mereka bisa mengambil keuntungan finansial untuk membiayai kegiatan terorisme. Jadi, kawin silang hacker dengan teroris perlu dicermati dengan serius. Kemampuan hacking, meski sulit tetap bisa dipelajari. Rizki Gunawan dan Cahya Fitriyanta telah membuktikannya.

Download articels as PDF (Kawin Silang Hacker dan Teroris)

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved