Bisnis Sebagai Upaya Reintegrasi Bagi Mantan Napiter dan Keluarga

Manusia tak luput dari kesalahan. Tak terkecuali bagi mereka yang pernah mendekam di Penjara karena terlibat pada aksi terorisme. Sebab itulah, semuanya layak mendapatkan kesempatan kedua. Hal ini penting untuk bagaimana mereka melanjutkan kehidupan barunya.

Berangkat dari sinilah, Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) menggelar pelatihan bisnis untuk mereka. Pelatihan diselenggarakan selama 2 hari, terhitung mulai Senin 19 Maret 2018 bertempat di Kantor YPP, Jalan Tebet Timur Dalam IIIE, nomor 3, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.

Mereka yang ikut pelatihan, terdiri atas 2 eks napi kasus terorisme; Ecko Ibrahim dan Riki Rianto , 1 perempuan istri eks napi terorisme; Dwi Mulyani dan 2 orang kakak beradik yang sempat menyeberang ke Suriah karena tertipu propaganda kelompok radikal ISIS; Nurshadrina Khaira Dhania dan Syarafina Nailah. Returnee. Mereka yang sempat ke Suriah ini kakak beradik.

Pada pelatihan itu, pemberi materi adalah Pak Siwi dari Bina Swadaya Konsultan.

Salah satu peserta, Dwi Mulyani, antusias dengan kegiatan tersebut. Dia mengaku dapat pengetahuan baru soal bisnis.

“Jadi nambah wawasan dan pengalaman tentang bisnis. Seneng bisa ngikut acara seperti ini,” kata Dwi.

Dwi sempat merasakan jatuh bangun. Awalnya, suaminya adalah seorang anggota Polri yang pada perjalanannya tersangkut kasus terorisme. Dwi merasakan betul roda kehidupan tiba-tiba berbalik, dari istri Bhayangkari menjadi istri napi.

Sebab itulah, Dwi terus berjuang. Dia tidak ingin menyerah. Dia berusaha menguatkan hatinya, keluarga dan tentu saja suaminya. Pun setelah suaminya bebas penjara.

Dwi menekuni bisnis rumahan membuat jamu tradisional. Jamu itu dibuat sederhana; campuran kunyit, sirih dan gula merah asli. Dia belum mempunyai nama untuk produk buatannya. Meski, beberapa tetangga dan kenalan mengaku cocok dengan jamu yang dibuat Dwi, sebab dianggap berkhasiat betul dan rasanya enak.

“Jadi dengan ikut pelatihan ini, semoga tambah pengalaman, bisnis makin berkah,’ tambahnya.

Nurshadrina Khaira Dhania, alias Dhania, mengatakan dia makin semangat berbisnis setelah ikut pelatihan ini. Banyak informasi baru yang diterimanya.

“Saya jadi semakin ngerti target pasar dari usaha saya, juga semakin paham rincian keuangan. Karena di sini, diajari semua,” tambah Dhania.

Dhania, sempat bersekolah formal hingga kelas 2 SMA sebelum pergi meninggalkan Indonesia menuju Suriah, tempat bercokolnya ISIS. Sampai di sana, apa yang dijanjikan ternyata semuanya bohong.

Sebab itulah, Dhania akhirnya memilih pulang bersama keluarganya. Pulang ini juga melewati berbagai kesulitan, terutama akses dan keamanan.

Setelah di Indonesia, Dhania berusaha survive. Dia berjualan secara online, baik reseller maupun membuat kerajinan sendiri, seperti misalnya aksesoris hingga tempat handphone dari kain.

Sementara kakaknya, Syarafina Nailah alias Nailah, saat ini juga menekuni gambar komik. Dia terus mengasah kemampuannya di bidang itu.

Sementara itu, Direktur Pendampingan YPP, Khariroh Maknunah alias Nuna, menyebut agenda ini merupakan bagian dari proses pendampingan disenggagement kepada para mantan narapidana terorisme, maupun mereka yang berstatus returnees dan deportees.

“Ini lanjutan dari proses dampingan YPP, mereka ini merupakan dampingan wirausaha YPP,” kata Nuna. (NUNA/EKA)

Leave a comment



Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved