Teroris Kelompok Medan Bergerak ‘di Bawah Tanah’

Masyarakat Sumatera Utara (Sumut) diminta ekstra hati-hati menyikapi sejumlah aksi teror bom yang belakangan ini kembali marak terjadi di tanah air. Sikap ini diperlukan karena jaringan-jaringan terorisme yang ada diketahui masih eksis, termasuk Kelompok Medan yang pada tahun berlalu terungkap sebagai pemasok logistik untuk sejumlah daerah.

Pun beberapa pengikut Kelompok Medan telah ditangkap, faktanya, sejumlah anggota lain dipastikan masih bebas berkeliaran. Sabar, salah satu pentolan Kelompok Medan yang kini terus diburu, adalah bukti soal itu.

“Jadi gerakan-gerakan terorisme di Indonesia itu tidak pernah mati. Karena tidak pernah diberantas sampai ke akar-akarnya. Selama aparat keamanan menyikapinya dengan tindakan-tindakan yang keras, maka tindakan balasan dari simpul terorisme kemungkinan besar akan kembali muncul.” Demikian dikemukakan peneliti terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, kepada POSMETRO di Jakarta, kemarin (10/9).

“Seperti Sabar, itu kan sampai sekarang masih buron. Dan memang biasanya pilihan strategis bagi buronan itu adalah bersembunyi. Mereka kemungkinan akan merasa lebih baik mengamankan aset-aset yang mereka punya,” urainya. Pun begitu, tambahnya, pilihan untuk kembali melancarkan aksi teror tetap terbuka, apalagi jika stok logistik memadai.

“Kelompok Medan,” menurut Andrie, diketahui punya network dengan kelompok lain. Itu karena sebelumnya kelompok ini merupakan penyandang logistik guna membantu gerakan di Sulawesi Tengah, juga pendanaan untuk pengeboman gereja di Solo beberapa waktu lalu.”

Saat ini Andrie juga melihat gejala banyaknya bermunculan kelompok-kelompok kecil. Jumlahnya tidak bisa diperkirakan. Mereka memisahkan diri dari kelompok induk. “Karena ideologi mereka yang lebih meyakini aksi konkrit lewat teror.”

Meski demikian, Andrie tidak melihat hubungan antara Kelompok Medan dengan jaringan yang baru-baru ini melancarkan aksinya di Solo, Tambora dan Depok. “Kabarnya, yang kemarin tertangkap itu berasal dari kelompok lama. Karena kemampuan mereka dalam merakit bom, seperti yang terjadi di masa lalu.”

Nah, karena satu dengan yang lain diduga tidak saling terkait, imbuhnya, kelompok-kelompok ini masing-masing tidak tahu soal rencana strategi. Karena itu pula, meski terjadi penangkapan, kelompok yang lain tetap melakukan aksi sesuai strategi yang mereka rencanakan. Aksi teror belakangan ini, tandas Andrie, mengikuti pola waktu sebelumnya, yakni aksi banyak digelar antara Agustus hingga akhir tahun.

Prediksi Taufik Andrie soal teroris Kelompok Medan kini bergerak ‘di bawah tanah’, bukanlah mengada-ada. Investigasi koran ini juga menemukan sekelompok ‘fanatisme’ acap menggelar pertemuan di Tebing Tinggi. Lokasi pertemuan digelar berpindah-pindah, tapi masih tetap di kawasan Kota Tebing Tinggi. Istri seorang terdakwa kasus terorisme Kelompok Medan yang 2 tahun lalu ditangkap di Tanjung Balai, pun tampak hadir dalam pertemuan-pertemuan kelompok itu.

Temuan itu membuat pihak Polres Tebing Tinggi beberapa bulan lalu menggelar pertemuan dengan sejumlah pentolan ulama di kota lemang itu. Tak hanya di Tebing Tinggi, sinyal ancaman aksi terorisme juga ditemukan dari sebuah kawasan di Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Setidaknya, demikian laporan intelijen pihak Polres Sergai. Temuan itu dipapar petinggi Polres Sergai dalam sebuah rapat khusus, belum lama ini.

Sumber: www.posmetro-medan.com

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved