Teroris di Mana-mana

Bak jamur di musim penghujan, aksi terorisme mendadak meruyak di mana-mana. Indikasinya, Selasa (30/10) kemarin, kembali terjadi ledakan di Poso, Sulawesi Tengah. Ketika aparat gabungan TNI dan kepolisian melakukan penyisiran di Desa Masani, Poso Pesisir pun, mereka menemukan bom seberat 10 kilogram yang dipastikan aktif dan siap diledakkan.

Maka, banyak pihak saling silang-pendapat meminta aparat kepolisian tetap waspada dan terus menggiatkan operasi pencegahan terorisme. Ada kekhawatiran, beberapa kelompok jaringan teroris yang saat ini sedang menyusun rencana penyerangan, masih bebas berkeliaran.

Bahkan, tempo hari, masyarakat juga dikejutkan dengan penangkapan 11 orang terduga pelaku aksi teroris – yang dikabarkan terkait kelompok Hasmi (Harakah Sunni untuk Masyarakat Indonesia) – di empat kota sekaligus: Solo, Bogor, Madiun, dan Jakarta. Saat diringkus Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror, mereka tengah berencana melakukan aksi kekerasan dan teror di sejumlah lokasi di Indonesia.

Penangkapan “massal” itu karuan membuat sebagian masyarakat dan kalangan kian bertanya-tanya: Apa iya sedang ada “tren” proses rekrutmen terhadap sejumlah orang, yang kemudian diarahkan untuk melakukan tindakan teror, yang kerapkali menyalahgunakan pemahaman agama?

Kata Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, bahkan ada kelompok-kelompok lain di luar jaringan Hasmi yang juga bebas berkeliaran. Meski sebagian besar gerak-gerik mereka terpantau aparat, namun bisa saja mereka punya rencana serangan lain yang luput dideteksi.

Sedemikian maraknya, sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono “terpaksa” mengimbau semua pihak untuk bersama-sama mencegah aksi terorisme. ”Mencegah aksi terorisme dimulai dari keluarga. Terorisme sesuatu yang tidak kita hendaki. Terorisme adalah kejahatan, dan agama mana pun melarang,” katanya, dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Selasa (30/10).

SBY juga mengajak seluruh jajaran pemerintahan – dari RT, RW, bupati, walikota, gubernur hingga kepolisian – melakukan langkah-langkah pencegahan agar aksi terorisme dan konflik horisontal (termasuk bentrok warga di Lampung) tidak terjadi lagi. Menurutnya, ”Aksi terorisme bukan hanya tanggungjawab polisi dan TNI, tapi juga menjadi tanggungjawab semua pihak.”

Lebih jauh lagi, SBY menyerukan kepada dunia internasional, agar dalam menjalin hubungan antarbangsa selalu mengindahkan saling menghormati dan saling menghargai. Setiap negara diminta sensitif dengan apa yang berlaku di komunitas lain, bangsa lain, maupun agama lain. “Jangan sampai negara-negara justru memproduksi sumber sehingga terjadi aksi radikal,” katanya.

Nah, kalau Presiden sampai meminta masyarakat waspada terhadap aksi terorisme, bahkan mengait-ngaitkan dengan keterlibatan dunia internasional, tinggal kita yang seharusnya kritis bertanya: “Apa sesungguhnya yang sedang terjadi di Indonesia hari ini?”

Sumber: www.tnol.co.id

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved