Kenapa Teroris Poso Dianggap Pahlawan?

TEMPO.CO, Jakarta – Perlawanan sejumlah warga atas operasi penangkapan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Antiteror di Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu, 3 November 2012 dilakukan karena korban dianggap sebagai tokoh masyarakat. “Ini berkaitan dengan sejarah masyarakat di sana yang menganggap para terduga ini sebagai pahlawan,” ujar pengamat terorisme, Noor Huda Ismail, Sabtu, 3 November 2012.

Pada 1999-2000, terjadi pertikaian antara kelompok muslim dan Kristen di Poso. “Karena tertekan oleh Kelompok Kristen, sejumlah pemuda muslim setempat mengikuti pelatihan dengan menggunakan senjata untuk membela diri,” ia melanjutkan. Para pemuda terlatih ini kemudian menjadi tameng yang membela komunitasnya. Dengan sendirinya, selepas konflik, mereka pun jadi panutan, hingga sekarang.

Walhasil, ketika polisi menyerbu rumah-rumah mereka untuk melakukan penangkapan, warga spontan membalas dan melindungi mereka.

Ada faktor lain yang juga berpengaruh pada aksi itu. Perlawanan warga juga dipengaruhi oleh kemarahan yang terpendam terhadap polisi. “Warga gerah dengan tindakan pengamanan yang dilakukan polisi di Poso,” kata Noor Huda. Soalnya, dalam melakukan pengamanan, polisi kerap menciptakan situasi mencekam yang tidak disukai warga.

Sabtu, 3 November 2012, polisi yang menggerebek rumah sejumlah terduga teroris di Poso menghadapi serangan balik. Pada saat pengepungan, mereka melempari petugas dengan granat. Polisi pun terpaksa melepaskan tembakan.

Sumber: www.tempo.co

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved