Kelompok Teroris di Indonesia Sudah Pecah?

VIVAnews – Setiap kali muncul gerakan teror, Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, selalu saja gelisah karena melihat penanganan dan stigma yang dilekatkan kepada para tersangka teroris. Tapi di sisi lain, munculnya aksi teror belakangan ini justru menunjukkan adanya perpecahan dalam kelompok teroris itu.

“Yang muncul belakangan ini adalah munculnya pertemuan dua kelompok,” kata Noor Huda Ismail dalam perbincangan dengan VIVAnews di Semarang, Jawa Tengah.

Pertama adalah kelompok dari ajaran tauhid wal jihad. Inti ajaran ini adalah bahwa Indonesia bukan negara Islam, sehingga semua aparaturnya adalah toghut yang berarti setan atau musuh.

“Kelompok ini secara ideologi sangat kuat, namun secara teknis mereka kurang mumpuni,” kata pria yang juga alumni Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Solo, ini.

Kelompok kedua adalah muncul kelompok baru. Kelompok ini, kata dia, berada di bawah Abdullah Umar. Tokoh senior di gerakan Darul Islam. “Pernah terlibat dalam perampokan BCA dan usaha membacok Mathori Abdul Jalil,” kata pria yang juga lulusan St Andrew, Inggris ini.

Di sisi lain, munculnya gerakan teror dengan penembakan kepada aparat keamanan bukan karena para teroris itu mengubah pola serangannya. “Namun lebih kepada variasi serangan belaka,” jelas pria yang juga kontributor media asing ini.

Noor Huda kini memimpin Yayasan Prasasti Perdamaian, yayasan nirlaba yang berkonsentrasi merehabilitasi para mantan kombatan. Organisasi ini juga berisi lulusan MILF dan Abu Sayyaf, juga kombatan Afganistan.

Sumber: nasional.news.viva.co.id

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved