Kapolri dan Kepala BIN Diminta Berikan Penjelasan

Jurnas.com | MENKO Polhukam, Djoko Suyanto meminta Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Timur Pradopo dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman untuk menjelaskan tentang informasi mengenai dijadikannya Poso sebagai basis latihan teroris.

“Soal itu tanyakan ke Kapolri dan BIN,” kata Djoko Suyanto di halaman Istana Presiden, Minggu (21/10) sore, usai mendampingi Presiden menerima pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

Hal senada disampaikan oleh Juru Bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha. Julian mengatakan penanganan terorisme menjadi urusan Polri. “Jadi tanyakan ke Kapolri,” kata Julian.

Hingga berita ini diturunkan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman belum bisa dikonfirmasi terkait informasi mengenai dijadikannya Poso sebagai basis latihan para teroris.

“Bapak lagi pertemuan, nanti dihubungi lagi,” kata ajudan Kepala BIN ketika dihubungi Jurnal Nasional melalui teleponm selulernya.

Peneliti terorisme dari Yayasan Prasasti Indonesia, Taufik Andrie, mengingatkan aparat keamanan harus mewaspadai aksi para teroris di Poso, Sulawesi Tengah. Pergerakan para teroris di sana diduga bukan secara berkelompok, tetapi perpaduan antara individu-individu dari beragam kelompok.

Aksi mereka diyakini sangat radikal. Tidak sekadar melakukan pergerakan lewat jalur dakwah dalam mentransformasikan ideologi radikal. Namun, mereka menggunakan kekuatan bersenjata. Indikasi itu dapat dilihat sepanjang dua tahun terakhir, di mana Poso kerap dijadikan tempat pelatihan bersenjata yang dilakukan oleh beberapa kelompok yang dipimpin Abu Mus’ab Al Zarqawi Al Indunesi alias Santoso, Komandan Mujahidin Indonesia Timur.

Menurut Taufik, motif dan tujuan dari gerakan mereka sangat radikal, melebihi Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang disebut Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman berada di balik pembunuhan dua polisi di Poso beberapa hari lalu.

“Kelompok-kelompok ini tidak puas dengan dakwah-dakwah yang model (JAT) seperti itu. Mereka mau jihad yang sifatnya kongkrit, jangan cuma dakwah. Itulah sebabnya mereka menyempal sendiri-sendiri, bukan hanya dari JAT, tapi juga ada dari kelompok lain,” kata Taufik (Jurnal Nasional, Minggu, 21/10).

Sumber: www.jurnas.com

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved