TEROR POS POLISI SOLO: Ini Dia Penggalan Kasus Penyerangan

SOLO: Pos Polisi Solo diserang dengan rentetan tembakan orang tak dikenal pada Kamis malam 30 Agustus 2012. Seorang polisi, Bripka Dwi Data Subekti, meninggal akibat aksi tersebut.

Berikut ini rentetan cerita tentang penyerangan pos polisi Solo yang termuat di www.kabar24.com.

  • Komentar Wali Kota Solo Joko Widodo: Kebangetan

Jokowi, panggilan akrab Jokowi Widodo  yang juga cagub DKI Jakarta, menilai sungguh keterlaluan dan tidak berperikemanusiaan jika benar peristiwa penembakan yang menewaskan seorang polisi Pos Polisi Plaza Singosaren, Kamis (30/8) malam, didasari motif politik.

“Saya tidak mau berprasangka atau menduga-duga. Tapi kalau benar ini memang ada kaitannya dengan Pilgub DKI, benar-benar kebangetan, tidak berperikemanusiaan,” tegas Jokowi, dalam wawancara dengan wartawan di balaikota, Jumat (31/8).

Kendati demikian, Jokowi juga tak menampik rasa heran dengan aksi teror yang beruntun dalam waktu dua pekan terakhir ini. “Saya ya heran, selama ini Solo aman-aman saja. Tapi ini kok sampai beberapa kejadian berturut-turut ada apa sebenarnya,” ujarnya.

Ditanya apakah ada pemberlakuan status siaga terkait kejadian itu, Jokowi mengatakan tidak perlu. Dia mengaku sudah berkeliling ke sejumlah lokasi termasuk tempat kejadian penembakan di Singosaren, aktivitas masyarakat berjalan normal.

  • Pandangan pengamat terorisme Noor Huda: Pelaku terlatih

Noor Huda Ismail menilai penembakan di Pos Polisi Plasa Singosaren Solo yang menewaskan Bripka Dwi Data Subekti pada Kamis (30/8) malam dilakukan oleh orang yang terlatih melakukan aksi teror.

“Pelaku itu jelas orang yang terlatih menggunakan senjata api, karena dari beberapa saksi yang melihat, pelaku tenang saat menembak dari jarak dekat, kemudian meninggalkan lokasi penembakan tanpa kerepotan,” katanya.

Menurut dia, di Indonesia ada dua kelompok yang mampu melaksanakan aksi kekerasan secara profesional. “Yang pertama adalah kelompok yang sebelumnya berasal dari militer atau kepolisian, baik yang masih aktif maupun tidak, yang melakukan teror dengan motif tertentu karena kecewa dengan institusinya,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian itu.

Kelompok kedua adalah kelompok sipil yang pernah mendapat pelatihan militer di luar negeri. Noor meminta kepada semua pihak agar tidak terburu-buru menuduh kelompok aktivis Islam garis keras yang melakukan aksi penembakan polisi di Solo itu.

  • Pangkat Bripka Dwi Data Subekti: Segera diusulkan naik

Meninggalnya Bripka Dwi Data Subekti saat bertugas akan mendapat penghargaan dengan kenaikan pangkat. Proses kenaikan pangkat tersebut akan segera diusulkan Polresta Solo.

“Kami akan segera mengusulkan kenaikan pangkat bagi almarhum yang gugur dalam tugas, kepada pimpinan,” terang Kapolresta Solo Kombes Pol Asjima’in.

Jenazah Bripka Dwi Data dimakamkan Jumat pukul 13.00 WIB. Jenazah diberangkatkan dari rumah duka di Perum Ngringo Indah, Jaten, Karanganyar ke permakaman Astana Temuireng, Karanganom, Bejen, Karanganyar setelah Salat Jumat atau sekitar pukul 13.00  WIB.

  • Firasat keluarga Bripka Dwi Data

Malam suasana duka menyelimuti kediaman Bripka Dwi, begitu keluarga dan kerabat menerima kabar meninggalnya Bripka Dwi Data yang juga dipercaya sebagai ketua RT Perum Ngringo Indah, Jaten.

Istri korban Niken Sri Parawani terlihat tegar menemui para pelayat yang terus berdatangan. “Tidak ada firasat. Hanya anting-anting saya yang sebelah tiba-tiba hilang sehari sebelum ada kejadian ini,” ujar Niken.

Dia menuturkan sesaat sebelum berangkat kerja pada pukul 19.00 WIB, Niken mengaku ada hal yang tak wajar yang dilakukan suaminya.  Saat itu korban sempat menengok ke arah istrinya sebanyak dua kali sebelum berangkat kerja. “Jadi pas menengok dua kali itu, bapak seperti ingin mengatakan sesuatu,” tambahnya.

Ibu tiga anak ini mengaku ikhlas atas kejadian yang menimpa suaminya. Dia juga memintakan maaf jika suaminya semasa hidup memiliki kesalahan. Korban meninggalkan tiga orang anak, yakni Gopta Andika Pratama, 28; Arya Dwi Wardana, 26 dan Hany Tri Prajagupta, 19.

  • Prosesi pemakaman Bripka Dwi Data: Upacara militer

Upacara militer dilaksanakan untuk melepas jenazah korban penembakan di pos polisi Plasa Singosaren, Serengan, Solo, Bripka Dwi Data Subekti, Jumat  siang.

Upacara militer pelepasan jenazah Brpika Dwi Data dipimpin Wakapolresta Solo AKBP Lutfi sekitar pukul 13.00 WIB. Setelah upacara pelepasan, jenazah disalatkan di Masjid Al Huda di komplek Perum Ngringo Indah, Jaten, Karanganyar. Ratusan pelayat melepas kepergian Ketua RT 010 RW 022. Wali Kota Solo Joko Widodo juga ikut melepas jenazah.

  • Kondisi Solo: Kapolda bilang aman

Kapolda Jawa Tengah Irjen Didiek S Triwidodo menegaskan kondisi Kota Solo aman dan kondusif pasca penembakan pos polisi Serengan, Kamis malam. “Kota Solo aman dan kondusif, baik-baik saja. Tidak ada penetapan status Siaga 1,” tegas Kapolda Jateng.

Dalam kesempatan tersebut, Kapolda Jateng Irjen Didiek S Triwidodo meminta seluruh jajaran Polri untuk tidak gentar menghadapi situasi seperti sekarang ini. “Tidak boleh gentar, saya akan memberikan motivasi kepada anggota.” jelas Kapolda.

  • Pengamanan Jateng: Kapolda gandeng Pangdam

Kapolda Jawa Tengah  Irjen Didiek S Triwidodo mengatakan Polda Jateng akan menggandeng Pangdam IV/Diponegoro untuk mengungkapkasus penembakan polisi di pos polisi Singosaren, Solo, Kamis (30/8) malam.

“Kami akan menggandeng Pangdam [Mayjen TNI Hardiono Saroso] untuk pengungkapan kasus ini,” terang Kapolda Jateng  Irjen Didiek S Triwidodo kepada wartawan, saat melayat ke rumah korban di Perum Ngringo Indah, Jaten, Karanganyar, Jumat (31/8) pagi. Tidak ada penjelasan lebih lanjut kenapa Polda Jateng menggandeng Pangdam IV/Diponegoro.

  • Pernyataan Mabes Poldi: Turut prihatin

Divisi Humas Mabes Polri menyampaikan keprihatinan dan turut berbelasungkawa atas tewasnya Bripka Dwi Data Subekti dalam penembakan oleh orang yang tidak dikenal di Singoren Solo, Kamis (30/8).

Dalam timeline di akun twitter-nya, Divisi Humas Mabes Polri menyatakan, “turut prihatin dan duka yang dalam atas meninggalnya seorang anggota polri yang sedang bertugas di solo ditembak orang tak dikenal.”

  • Kronologi kejadian versi saksi: Ada enam tembakan

Menurut keterangan saksi, terdengar enam tembakan yang diarahkan ke pos polisi Singosaren, Solo.

“Saat itu tiba-tiba terdengar suara tembakan enam kali, empat ke arah pos polisi dan dua ke arah atas,” kata seorang saksi mata yang juga karyawan salah satu toko telepon seluler bernama Geger,46, yang saat itu berada di lokasi kejadian.

Dia menyebut pelaku penembakan berjumlah dua orang. Mereka menggunakan sepeda motor Suzuki Smash. Setelah aksinya, pelaku melarikan diri ke arah barat atau di Jalan Dr Rajiman Solo.

Berdasarkan keterangan di lokasi, saat kejadian para karyawan di beberapa toko di lantai bawah kompleks swalayan Matahari Singosaren itu sedang menutup tempat usaha itu. Pasar swalayan itu didominasi penjualan telepon seluler, sedangkan Swalayan Matahari di lantai II.

Di pos polisi di pojok perempatan Jalan Dr Rajiman Solo, di dekat Swalayan Matahari Singosaren itu, saat kejadian sedang dijaga dua polisi. Widata yang menjadi korban penembakan sedang berada di dalam pos, sedangkan satu lainnya di luar pos itu.

Ini bukan pertama kalinya kota yang dipimpin Jokowi itu mengalami teror penembakan. Sebelumnya, juga pernah terjadi penyerangan di pos pengamanan Lebaran Gemblegan, Serengan, Solo, pada Jumat (17 Agustus) yang menyebabkan korban luka-luka.

  • Komentar Fauzi Bowo, calon gubernur DKI Jakarta: Kenapa tanya saya?

Sumber: bisnis-jabar.com

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved