PENYERGAPAN TERDUGA TERORIS: “Farhan Anak Tiri Abu Umar”

SOLO--Salah satu terduga teroris yang tewas dalam baktu tembak di Jl Veteran Kelurahan Tipes, Serengan, Jumat (31/8/2012) malam, Farhan, 19, diduga kuat adalah anak tiri gembong teroris Abu Umar. Dari Abu Umar-lah, Farhan diduga mendapatkan senjata api serta menggelar latihan militer. “Data yang kami peroleh, Farhan itu anak tiri Abu Umar,” kata pengamat terorisme, Noor Huda Ismail saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (1/9/2012).

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Timur Pradopo menegaskan bahwa salah satu tersangka berinisial F adalah lulusan Moro, Filipina. Hasil penyidikan selama ini, kata Timur, belum ditemukan adanya indikasi bahwa tersangka teroris merupakan jaringan lama. “Masih dalam penyidikan. Namun, yang jelas tak ada kaitannya dengan jaringan lama,” ungkapnya.

Kedua tersangka tersebut, jelas Timur, juga merupakan eksekutor atas serangkaian teror di Kota Solo selama ini. Dan motif utamanya, kata Timur, ialah balas dendam kepada intitusi polisi. Keterangan Timur ini mengundang sejumlah keraguan di mata Noor Huda Ismail. Menurut Noor, sangat janggal Farhan yang masih berusia 19 tahun itu ikut latihan militer di Moro, Filipina dan merupakan jaringan baru. Ia justru meyakini, Farhan mendapatkan doktrin antipolisi dan pelatihan militer oleh ayah tirinya, yaitu Abu Umar.

“Usia Farhan yang masih 19 tahun ini patut dipertanyakan. Dari mana ia berani melawan polisi jika bukan dari ayah tirinya. Kalau belajar di Moro di usia yang masih 19 tahun itu, rasanya agak ganjil,” terangnya.

Itulah sebabnya, kata Noor, alasan bahwa Farhan menyerang polisi karena balas dendam itu tak bisa terkuak sebelum melihat aktivitas ayah tirinya, Abu Umar selama ini.

Noor juga mengatakan bahwa Farhan merupakan alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki.

Terkait status Farhan yang merupakan alumni ponpes pimpinan Abu Bakar Ba’asyir ini, salah satu Humas Ponpes Al Mukmin Ngruki, Hamim Sofyan belum berani memastikannya. Saat dihubungi Solopos.com, Hamim baru berani memastikan setelah pihaknya membuka data lagi para santrinya. “Saya belum berani memastikan benar dan tidaknya. Sebab, saya harus membuka data-data dulu. Mungkin Senin (3/9/2012) nanti baru bisa dicari,” katanya.

Berdasarkan data yang dilansir www.crisisgroup.org, Abu Umar pernah menjabat direktur Darul Islam (DI). Pria yang juga bernama Muhammad Ichwan ini merupakan teroris spesialis penyerang polisi dengan keahlian memasok senjata api dari Filipina. Selain itu, ia juga pernah merencanakan pembunuhan kepada Matori Abdul Jalil, salah satu menteri di era pemerintahan Gus Dur.

Pada 1997, Abu Umar dikirim ke Mindanao untuk pelatihan militer bersama dengan Enceng Kurnia, pria yang tewas 2010 lalu setelah melarikan diri dari kamp Aceh. Pada 2002, Abu Umar bersama keluarganya pindah ke Sebatik, sebuah pulau di lepas pantai Kalimantan Timur yang terbagi dua wilayah, antara Malaysia dan Indonesia. Ia tinggal di sana selama tiga tahun ke depan dengan misi utamanya membantu mendirikan fasilitas pelatihan baru di Mindanao menyusul pengrusakan Camp Abubakar oleh tentara Filipina pada tahun 2000.

Di waktu yang sama, rekan Abu Umar Enceng Kurnia membantu Dulmatin dan Umar Patek melarikan diri ke Mindanao melalui Poso, dan Sabar, alias Abu Audat.

Pertengahan Mei 2012 lalu, Abu Umar bersama rekan-rekannya akhirnya dibekuk aparat polisi dan divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

Sumber: solopos.com

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved