Penembakkan Polisi di Solo, IPW Desak Kapolri Copot Kapolda Jateng

Jakarta – Kapolri harus segera mencopot Kapolda Jateng Irjen Pol Didiek Sutomo Triwidodo dan Kapolresta Solo. Sebab keduanya gagal mengatasi aksi pembantaian yang berkelanjutan terhadap aparat kepolisian di  Solo.

Hal tersebut disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane melalui rilisnya yang dikirimkan ke kabar17.com. Neta menilai pembantaian terhadap anggota Polri di Solo, yang belum terungkap, malah masih disusul dengan pembantaian baru, yakni ditembaknya dua polisi di Pospol Singosaren Kamis malam lalu.

“Kasus pembantaian ini sangat ironis sebab terjadi saat Kapolda Jateng tengah memimpin pengungkapan terhadap aksi teror seblumnya,” ujar Neta.

Berlanjutnya kasus pembantaian terhadap polisi menunjukkan Kapolda dan Kapolresta Solo tidak serius menangani kasus tersebut. Akibatnya, ini tidak hanya publik yang resah tapi juga mulai membuat khawatir anggota polisi, baik di Solo maupun di luar Solo. Sebab  pembantaian terhadap polisi masih terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda akan terungkap.

“Jika Kapolri masih mempertahankan Kapolda dan Kapolresta Solo yang tidak berkualitas itu dikhawatirkan akan muncul pembantaian-pembantaian baru terhadap aparat kepolisian, baik di solo maupun di luar Solo. Jika polisi terus menerus menjadi korban pembantaian, bagaimana publik bisa percaya bahwa Polri mampu menjaga keamanan masyarakat,” pungkasnya.

Sementara itu Koordinator IPW Jawa Tengah Untung Budiarso mendesak Kapolda Jateng membentuk tim khusus untuk menyelidiki dan menangkap pelaku teror-teros yang meresahkan masyarakat  khususnya di kota Solo, agar rasa aman masyarakat bisa kembali tercipta.

“Jika tidak segera bisa diungkap kasus-kasus  teror terhadap alat-alat  negara seperti polisi, masyarakat akan semakin resah, Polisi sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat saja di teror apa lagi masyarakat biasa, Kapolres Solo diharapkan bisa memetakan wilayah-wilayah rawan keamanan dengan cermat jangan sampai kecolongan terus,” tuturnya.

Lebih lanjut Untung mengatakan, sudah sangat mendesak inteiljen kepolisian memiliki jumlah personil yang memadai karena tingkat kerawanan kamtibmas akhir-akhir ini meningkat.

“Kapolresta Solo harus bertanggung jawab terhadap beberapa kejadian tindak kriminal yang terjadi akhir-akhir ini, jika tidak bisa mengungkap peristiwa penembakkan terhadap polisi, Kapolresta Solo layak dicopot,” tandas Untung.

Menurut pengamat terorisme Noor Huda Ismail,  penembakan di Pos Polisi Plasa Singosaren Solo pada Kamis (30/8) malam, dilakukan oleh orang yang terlatih melakukan aksi teror.

“Pelaku itu jelas orang yang terlatih menggunakan senjata api, karena dari beberapa saksi yang melihat, pelaku tenang saat menembak dari jarak dekat dan kemudian meninggalkan lokasi penembakan tanpa kerepotan,” kata Noor Huda Ismail di Semarang, Jumat.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kamis (30/8), pos polisi di wilayah Solo kembali diserang oleh dua orang tak dikenal. Seorang petugas yang tengah berjaga di pos polisi Singosaren Plasa, Bripka Dwidata Subekti (53) tewas akibat penyerangan tersebut. Dwidata tertembus empat timah panas di bagian dada dan tangannya. Penyerangan tersebut merupakan kali ketiganya secara beruntun terjadi dalam dua pekan terakhir. (bye)

Sumber: kabar17.com

Copyright © 2018 Yayasan Prasasti Perdamaian. All Rights Reserved